Upacara bekakak di Gunung Gamping. Upacara bekakak disebut juga Saparan. Disebut
saparan sebab pelaksanaan upacara tadi harus jatuh atau berkaitan dengan bulan
sapar. Upacara ini diadakan atas perintah P. Mangkubumi. Mengenai kata saparan
berasal dari kata sapar dan berakhiran an. Kata sapar identik dengan ucapan Arab
Syafar yang berarti bulan Arab yang kedua. Jadi Saparan ialah upacara selamatan
yang diadakan disetiap bulan Sapar.
Saparan Gamping disebut juga Saparan Bekakak. Bekakak berarti korban penyembelihan
hewan atau manusia. Bekakak pada saparan ini hanya tiruan manusia saja, berujud
boneka pengantin dengan posisi duduk bersila yang terbuat dari tepung ketan.
Pelaksanaan upacara saparan gamping tersebut diperinci dalam beberapa tahap
yaitu:
- tahap midodareni bekakak
- tahap kirab
- tahap Nyembelih pengantin bekakak
- tahap sugengan Ageng.
- tahap midodareni bekakak
- tahap kirab
- tahap Nyembelih pengantin bekakak
- tahap sugengan Ageng.
Penyelenggaraan upacara saparan Gamping bertujuan untuk menghormati arwah (roh
halus) Kiai dan Nyai Wirosuto sekeluarga. Kiai Wirosuto adalah abdi dalem penangsong
(hamba yang memayungi) Sri Sultan Hamengku Buwana I pembawa payung kebesaran setiap bliau berada dan tidak ikut pindah waktu dari keraton (pesanggrahan)
Ambarketawang ke keraton yang baru. Bersama keluarganya ia tetap bertempat tinggal
di Gamping. Dan dianggap sebagai cikal bakal penduduk Gamping.
Waktu penyelenggaraan upacara Saparan Gamping telah ditetapkan, ialah setiap
hari Jumat dalam bulan sapar antara tanggal 10 20 pada pukul 14.00 (kirab temanten
bekakak). Penyembelihan bekakak dilakukan pada pukul 16.00.
Pada hari Jumat tanggal 18 November 2016,saya mengabadikan beberapa foto peserta kirab,berikut foto-fotonya.
Penjelasan dari gudeg.net
Foto kirab dari dokumentasi pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar